Selasa, 16 April 2013

Kotabunan,Bolaang Mongondow Timur,Sulawesi Utara,Indonesia

Cerita
   Kotabunan merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, provinsi Sulawesi UtaraIndonesia.
lebih lengkap di panang-kotabunan.blogspot.com  Link : http://t.co/iAMPUTWXtJ

Profil Kotabunan


   Kotabunan,Bolaang Mongondow Timur,Sulawesi Utara,Indonesia Adalah desa pemekaran yang telah menjadi 6 wilayah administrasi,Yaitu :

-Kotabunan (Induk)

-Kotabunan Barat

-Kotabunan Selatan

-Bulawan (Induk)

-Bulawan Satu (1)

-Bulawan Dua (2)



Dengan Jumlah Penduduk ± 7000 Jiwa,Angka Kemiskinan ± 35% (Mereka Yang Tidak Memiliki Pekerjaan Tetap)

   Kotabunan dengan potensi kekayaan alam yang sangat berlimpah,mulai dari Pertambangan,Perikanan,Perkebunan,Kelautan,Kehutanan dan Pariwisata. Akan tetapi belum semua kekayaan alam tersebut dikelola dengan benar,Pemerintah Daerah dan Steak Holder terkait belum melirik kearah tersebut,hanya beberapa destinasi yang cepat menghasilkan uang yang selalu di lirik pemerintah seperti pertambangan dan Kehutanan.

Sejarah Kotabunan

Negeri itu termasuk tempat saya berdiri ini dan sekelilingnya dalam radius ± 500 Ha Wilayah Pertambangan atau tepatnya Tanah Tambang yang diwariskan nene moyang sejak zaman dulu kala.
Konon pada tahun 1800-an M, Pertambangan ini dikuasai oleh Portugis dan Belanda, Sampai pada tahun 1928. Atas titah raja Bolaang Mongondow masyarakat pemilik kebun dikeluarkan dari tempat itu dengan alasan kepentingan kerajaan. Berdirilah Perusahan Tambang ( Maskapai Tapa’ i. Beken ) Pada akhir Perang Dunia Pertama perusahan ini sempat terhenti di karenakan EROPA kacau.
Pada tahun 1932 – 1942 Maskapai Tapa i. Beken Beroperasi kembali, perusahan ini berganti Kongsi dagang antara Portugis – Belanda menjadi Cina Belanda, Ketika beralih kongsi dagang ini, Pusat pengolahan di fokuskan di daerah TAPA’ Lokasi tersebut dikenal oleh masyarakat dengan istilah : Men 1 ( -1 ), Men 2  ( -2 ) Men 3 ( -3 ) DLL.
Pada masa itu wilayah Panang atau DOUP di tinggalkan dan dijadikan perkebunan kelapa, setelah masa Republik dikenal dengan sebutan ONDORNOMEN TAPA’ I. BEKEN. Sampai pada tahun 1970-an berubah status menjadi Hak Guna Usaha ( HGU Cv. Kebondian ).
Hak Guna Usaha Cv. Kebondian ini Luasnya ±100 Ha Keterangan ini saya peroleh dari paman saya         H.B Damopolii Alm. Mantan Mandor Perkebunan Tapa’ i. Beken pada tahun 1950-an dan keterangan lainnya dari almarhuma Bina Latojo Alm. yang kake’nya ( ayah dari ibunya bernama Arnold Vandein ) atau dikenal orang dengan paggilan Arnold Vandeise sebagian keterangan saya dapat dari mendiang                         Om La’asar Tuela Alm.
Adapun lokasi panang ini dikenal dengan lokasi DOUP, Makanya di Card Peta Survei Belanda disebut Projeck DOUP, yang wilayahnya meliputi daerah Tambang Benteng dan Tapa’ arah Barat dan Arah Utara Dari wiayah Tambang TUNGOU, ONGKOBU, BATU BOIMBING, BAYUG sampai Wilayah Tambang ALASON PASOLO ( X NEWMONT ).
Namun disini saya bukan bertujuan mengurai panjang lebar menyangkut Maskapai Tapa’ i. Beken atau DOUP, Tetapi mengungkit ciri-ciri atau perjalanan Lokasi Tambang Panang atau DOUP dari Milik Masyarakat, kemudian menjadi milik kerajaan lalu menjadi milik Negara dalam Bentuk Hak Guna Usaha.
Pada awal tahun 1800-an Orang-Orang dari Desa Mongondow Berduyun-duyun dating kearah timur wilayah kerajaan Bolaang Mongondow untuk memperluas lokasi perkebunan dan tempat tinggal. Diantaranya Desa Mongondow, Motoboi Kecil, dan Pobundayan mendiami wilayah Bakan, Dayukon dan Bokaka. Orang-orang Bungko, Kopandakan Mendiami perkebunan Ongkobu’ dan Yohang. Orang-orang Mongkonai’ mendiami wilayah Perkebunan Pancurang.
Menjelang pertengahan tahun 1800-an Datu’ ( Aki saya ) Kake dari ayah saya bernama Dontu Damopolii pemuda asal Pobundayan melamar salah satu Putri dari Raja Abraham Sugeha ( Raja Bolaang Mongondow ) bernama Bai’ Lansong Sugeha. Melalui Proses adat istiadat Bolaang Mongondow, Pemuda Dontu Damopolii ini harus menanggung berbagai ketentuan adat sesuai dengan permintaan pihak mempelai wanita, terutama Tujuh ( 7 ) Kokasi Emas “pen’ pitu no kokasi in bulawan” Kokasi yang dimaksud dalam Bahasa adat tersebut yaitu Bambu Emas yang di potong ukuran 1 jengkal dalam tiap Ruas Bambu, Setiap satu ( 1 ) Kokasi itu di isi penuh dengan Biji-biji Emas. Untuk memenuhi ketentuan adat tersebut sang pemuda Dontu Damopolii pergi ke DAGAT TO BOTAK tepatnya lokasi DOUP atau disebut PANANG sekarang ini, dan membuat GUANG atau Galian secara Tradisional. Dibuat seperti Paritan menuju kearah gunung,paritannya dilapisi dengan ijuk Pohon Aren, kemudian bongkahan gunung itu diboangkar dengan KOKALI. Kokali ini dibuat dari pohon ENAU yang di Belah di jadikan seperti linggis, kemudian bongkahan gunung tersebut di hanyutkan dengan air melalui puritan yang berlapis ijuk Aren. Kemudian air itu diambil dari arah hulu sungai dan di salurkan melereng gunung sampai di penghujung Lereng di sambung dengan Pohon Enau yang besar dan dibelah dua Membentuk pipa belah di jadikan pancuran air. Lalu pancuran tersebut diarahkan ke bongkahan gunung ( material emas ) yang dibongkar dengan KOKALI ( penggali ) kemudian di hanyutkan melalui puritan berlapis ijuk tersebut. Hanyutan material Lumpur tersebut di garuk-garuk supaya pasir hitamnya mengendap pada ijuk, pasir hitam tersebut di sebut GINTO’ ( dalam bahasa Mongondow ). Dimana ada pasir hitam atau Ginto’ disitu juga ada biji-biji-an emas lepas. Pasir hitam sering disubut MASURU PASIR atau yang di sebut sekarang PASIR BESI ( Bijih Besi ). Makanya setiap 1 M3 Pasir Besi mengandung Emas 2-3 grm atau Lebih.
Sambil mencari dan mengumpulkan biji-biji emas tersebut Aki Dontu membuka kebun di arah UTARA DOUP/PANANG tepatnya jalan Bokaka sekarang ini,sampai Beliau dapat mengumpulkan tujuh ( 7 ) Kokasi Emas ( Mahar Perkawinan ).
Adapun Bambu Emas tempat penyimpanan Biji-biji emas tersebut di buat sedemikian rupa sehingga berbentuk Tabung berukir. Dan di dalam proses pengambilan biji-biji emas cara pemisahanya ( Pasir dan biji emas tersebut ) apabilah dilihat Endapan Pasir di Paritan sudah merata air di keringkan kemudian pasir yang sudah menipis Rata, diangkat beserta ijuknya dan diletakan ke dalam nampan yang terbuat dari Akar Kayu, Oleh penambang disebut DULANG, kemudian pasir itu di Dulang sampai tersisah pasir hitam dan biji emas. Kemudian pasir hitam dan biji emas tersebut dipindahkan pada sebuah tempat seperti baki atau Loyang dan sejenisnya lalu di jemur sampai kering.
Setelah kering pasir hitam di pisahkan dari biji emas dengan menggunakan besi berani ( Magnet ) atau Gunting. Sampai hanya tersisah biji emasnya. Nah.!! Biji emas inilah yang dimasukan kedalam Bambu Kokasi tersebut, Demikianlah sekelumit cara menambang tradisional
Setelah Aki Dontu Damopolii sudah berhasil mengumpulkan Tujuh (7) Potong Kokasi Bambu Berisi Biji Emas, beliau langsung menikah dengan Bai’ Lonsung Sugeha ( Putri Raja Abraham Sugeha ), karena beliau tidak mau menjadi Pejabat Kerajaan dan atas permintaan Sang istri supaya menjadi rakyat biasa maka Sang Raja Menganugerahkan Tanah yang berlokasi di daerah Bokaka.
Ditempat inilah kedua suami isteri itu beserta budak-budak pemberian Raja bermukim, yang oleh Aki Dontu para Budak di sebut dengan UTAT/SUDARA ( Kerabat ), dari bokaka inilah Aki Dontu mengajak Utat-utatnya yang berada di Bakan antara lain Aki Bagoa dan Kawan-kawan, kemudian Aki Bagoa beserta beberapa orang teman datang meneruskan Guang ( pengolahan emas secara tradisional ) yang dibuat oleh Aki Dontu. Rutinitas itu dilakukan oleh mereka setelah pasca Panen Jagung atau Padi di kebun berakhir. Karena GUANG yang berada di Lokasi PATENDE ( antara BAKAN dan TUNGOU ) dan SIRANG      ( antara BATU PINUPUL dan BAKAN ) Hasilnya kurang memadai.
Pada masa itu di pesisir Pantai KonTAMBUNAN ( sekarang KOTABUNAN ) sudah di diami oleh orang-orang suku BUGIS,BONE dan BUTON yang lari mengungsi dari Perang ARUPALAKA ( Perang Saudara ), id.wikipedia.org/wiki/Arung_Palakka  suku-suku tersebut antara lain  :

-          LAMAJIDO’                        
-          LAMALUTA                         -   LANGARU
-          LABABU                               -   LAPAJAWA
-          LASAMBU                           -   LAWATU
-          LASABUDA                          -   LATOJO

Masyarakat yang tinggal di wilayah Hutan ( BAKAN,PANCURANG dan ONGKOBU ) Turun dan bermukim di wilayah DOUP atau PANANG dan Menbuat perkampungan selama beberapa Dekade, itu terjadi sebelum wilayah itu ( DOUP ) di serahkan Raja ke Pihak KOLONIAL BELANDA. Karena para penduduk penduduk pesisir pantai KonTAMBUNAN ( suku BUGIS ) sudah mengenal Peradaban dan mereka memiliki banyak barang bawahan, antara masyarakat DOUP dan Penduduk Pesisir Pantai KonTAMBUNAN saling tukar menukar barang                 ( BARTER ) karena belum mengenal system mata uang, Kemudian terjalin hubungan baik sampai terjadi perkawinan antar suku.
Pada Tahun 1901 KonTAMBUNAN di Buka Menjadi Kampung, Yaitu orang-orang asal BAKAN (garis keturunan Kampung Mongondow,Pobundayan dan Motoboi Kecil ), Orang-orang asal ONGKOBU (garis keturunan Kampung Bungko’ dan Kopandakan ) Membuka Kampung Buyat, Orang-orang asal PANCURANG ( garis keturunan Kampung Mongkonai’ ) membuka kampung tutuyan. Keabsahan cerita ini bisa dilihat dari kemiripan Entitas,Dialeg dan Cara Hidup masing-masing kampung tsb.
Namun KonTAMBUNAN ( Kotabunan ) tempat bertelur burung Maleo sudah lebih dulu dikuasai oleh suku bugis dan pendatang dari buton, maka orang-orang asal DOUP/BAKAN Mendiami KonTAMBUNAN bagian Barat, ( orang2 suku bugis sering menyebut mereka TAMBAHAN ).
SISTEM PENATAAN KOTA Kampung KonTAMBUNAN ( KOTABUNAN ) Pertama kali di Prakarsai Oleh Major KADATO yang bernama Y.C. Manoppo yang sekarang di sebut CAMAT ( Camat yang Pertama ).
Antara Masyarakat KOTABUNAN,BUYAT dan TUTUYAN tidak bisa di pisahkan karena Nilai Historis              ( sejarah ) “inanakan Mo gutat bo tolu adi’ ( satu garis persaudaraan ) dari persatuan BAKAN,PANCURANG dan ONGKOBU menjadi Kampung DOUP dan Seterusnya Menjadi 1 Kecamatan Besar, ( Kecamatan KOTABUNAN ). Luas nya lebih dari separuh Luas Boloaang Mongondow timur sekarang.

 Destinasi Pariwisata
-Pulau Nanas -Pulau Kumeke -Pulau Racun -Panang ( Pertambangan Tua ) -Kuala Bakan -Kuala Ongkobu











Pulau Nanas Kotabunan ( pineapple Island )


View Of The Mountain


Fire Fish


View of Kotabunan Harbour and Kumeke Island
Dermaga Kotabunan & Pulau Kumeke


Far


Semenanjung Kotabunan


Closer Ocean Cafe Kotabunan


Ocean Cafe Kotabunan


View From The Mountain, The Island of Kumeke


View From The Mountain, The Island of Kumeke


View From The Mountain, Kotabunan



The Beach


Pulau Racun ( X Island )


Closer Nanas Island ( Pulau Nanas )


Big Ship Company





Artikel Terkait :
Sejarah Boltim, Masa Lalu dan Sekarang. http://t.co/iAMPUTWXtJ

Info Lebih Lengkap, Kunjungi :
bayudamopolii@hotmail.com
bayudamopolii@gmail.com
bayudamopolii.blogspot.com
kotabunan.blogspot.com
mykotabunan.blogspot.com
bolaangmongondowtimur.blogspot.com