Cerita
Kotabunan merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, provinsi Sulawesi Utara, Indonesia.
lebih lengkap di panang-kotabunan.blogspot.com Link : http://t.co/iAMPUTWXtJ
lebih lengkap di panang-kotabunan.blogspot.com Link : http://t.co/iAMPUTWXtJ
Profil Kotabunan
Kotabunan,Bolaang Mongondow Timur,Sulawesi Utara,Indonesia Adalah desa pemekaran yang telah menjadi 6 wilayah administrasi,Yaitu :
-Kotabunan (Induk)
-Kotabunan Barat
-Kotabunan Selatan
-Bulawan (Induk)
-Bulawan Satu (1)
-Bulawan Dua (2)
-Bulawan (Induk)
-Bulawan Satu (1)
-Bulawan Dua (2)
Dengan Jumlah Penduduk ± 7000 Jiwa,Angka Kemiskinan ± 35% (Mereka Yang Tidak Memiliki Pekerjaan Tetap)
Kotabunan dengan potensi kekayaan alam yang sangat berlimpah,mulai dari Pertambangan,Perikanan,Perkebunan,Kelautan,Kehutanan dan Pariwisata. Akan tetapi belum semua kekayaan alam tersebut dikelola dengan benar,Pemerintah Daerah dan Steak Holder terkait belum melirik kearah tersebut,hanya beberapa destinasi yang cepat menghasilkan uang yang selalu di lirik pemerintah seperti pertambangan dan Kehutanan.
Sejarah Kotabunan
Negeri itu termasuk tempat saya berdiri ini dan sekelilingnya dalam radius ± 500 Ha Wilayah Pertambangan atau tepatnya Tanah Tambang yang diwariskan nene moyang sejak zaman dulu kala.
Sejarah Kotabunan
Negeri itu termasuk tempat saya berdiri ini dan sekelilingnya dalam radius ± 500 Ha Wilayah Pertambangan atau tepatnya Tanah Tambang yang diwariskan nene moyang sejak zaman dulu kala.
Konon pada tahun 1800-an M,
Pertambangan ini dikuasai oleh Portugis dan Belanda, Sampai pada tahun 1928.
Atas titah raja Bolaang Mongondow masyarakat pemilik kebun dikeluarkan dari
tempat itu dengan alasan kepentingan kerajaan. Berdirilah Perusahan Tambang ( Maskapai
Tapa’ i. Beken ) Pada akhir Perang Dunia Pertama perusahan ini sempat terhenti
di karenakan EROPA kacau.
Pada tahun
1932 – 1942 Maskapai Tapa i. Beken Beroperasi kembali, perusahan ini berganti
Kongsi dagang antara Portugis – Belanda menjadi Cina Belanda, Ketika beralih
kongsi dagang ini, Pusat pengolahan di fokuskan di daerah TAPA’ Lokasi tersebut
dikenal oleh masyarakat dengan istilah : Men 1 ( -1 ), Men 2 ( -2 ) Men 3 ( -3
) DLL.
Pada masa
itu wilayah Panang atau DOUP di tinggalkan dan dijadikan perkebunan kelapa,
setelah masa Republik dikenal dengan sebutan ONDORNOMEN TAPA’ I. BEKEN. Sampai pada tahun 1970-an berubah status
menjadi Hak Guna Usaha ( HGU Cv. Kebondian ).
Hak Guna
Usaha Cv. Kebondian ini Luasnya ±100 Ha Keterangan ini saya peroleh dari paman
saya H.B Damopolii Alm. Mantan
Mandor Perkebunan Tapa’ i. Beken pada tahun 1950-an dan keterangan lainnya dari
almarhuma Bina Latojo Alm. yang kake’nya ( ayah dari ibunya bernama Arnold
Vandein ) atau dikenal orang dengan paggilan Arnold Vandeise sebagian keterangan saya dapat dari mendiang Om La’asar Tuela Alm.
Adapun
lokasi panang ini dikenal dengan lokasi DOUP, Makanya di Card Peta Survei
Belanda disebut Projeck DOUP, yang wilayahnya meliputi daerah Tambang Benteng
dan Tapa’ arah Barat dan Arah Utara Dari wiayah Tambang TUNGOU, ONGKOBU, BATU BOIMBING, BAYUG sampai Wilayah Tambang ALASON PASOLO ( X NEWMONT ).
Namun
disini saya bukan bertujuan mengurai panjang lebar menyangkut Maskapai Tapa’ i.
Beken atau DOUP, Tetapi mengungkit ciri-ciri atau perjalanan Lokasi Tambang
Panang atau DOUP dari Milik Masyarakat, kemudian menjadi milik kerajaan lalu
menjadi milik Negara dalam Bentuk Hak Guna Usaha.
Pada awal
tahun 1800-an Orang-Orang dari Desa Mongondow Berduyun-duyun dating kearah
timur wilayah kerajaan Bolaang Mongondow untuk memperluas lokasi perkebunan dan
tempat tinggal. Diantaranya Desa Mongondow, Motoboi Kecil, dan Pobundayan
mendiami wilayah Bakan, Dayukon dan Bokaka. Orang-orang Bungko, Kopandakan
Mendiami perkebunan Ongkobu’ dan Yohang. Orang-orang Mongkonai’ mendiami
wilayah Perkebunan Pancurang.
Menjelang
pertengahan tahun 1800-an Datu’ ( Aki saya ) Kake dari ayah saya bernama Dontu Damopolii pemuda asal Pobundayan
melamar salah satu Putri dari Raja Abraham
Sugeha ( Raja Bolaang Mongondow ) bernama Bai’ Lansong Sugeha. Melalui Proses adat istiadat Bolaang
Mongondow, Pemuda Dontu Damopolii ini harus menanggung berbagai ketentuan adat
sesuai dengan permintaan pihak mempelai wanita, terutama Tujuh ( 7 ) Kokasi
Emas “pen’ pitu no kokasi in bulawan”
Kokasi yang dimaksud dalam Bahasa adat tersebut yaitu Bambu Emas yang di potong
ukuran 1 jengkal dalam tiap Ruas Bambu, Setiap satu ( 1 ) Kokasi itu di isi
penuh dengan Biji-biji Emas. Untuk memenuhi ketentuan adat tersebut sang pemuda
Dontu Damopolii pergi ke DAGAT TO BOTAK
tepatnya lokasi DOUP atau disebut PANANG sekarang ini, dan membuat GUANG atau Galian secara Tradisional.
Dibuat seperti Paritan menuju kearah gunung,paritannya dilapisi dengan ijuk
Pohon Aren, kemudian bongkahan gunung itu diboangkar dengan KOKALI. Kokali ini dibuat dari pohon
ENAU yang di Belah di jadikan seperti linggis, kemudian bongkahan gunung
tersebut di hanyutkan dengan air melalui puritan yang berlapis ijuk Aren.
Kemudian air itu diambil dari arah hulu sungai dan di salurkan melereng gunung
sampai di penghujung Lereng di sambung dengan Pohon Enau yang besar dan dibelah
dua Membentuk pipa belah di jadikan pancuran air. Lalu pancuran tersebut
diarahkan ke bongkahan gunung ( material emas ) yang dibongkar dengan KOKALI (
penggali ) kemudian di hanyutkan melalui puritan berlapis ijuk tersebut.
Hanyutan material Lumpur tersebut di garuk-garuk supaya pasir hitamnya
mengendap pada ijuk, pasir hitam tersebut di sebut GINTO’ ( dalam bahasa Mongondow ). Dimana ada pasir hitam atau
Ginto’ disitu juga ada biji-biji-an emas lepas. Pasir hitam sering disubut MASURU PASIR atau yang di sebut
sekarang PASIR BESI ( Bijih Besi ).
Makanya setiap 1 M3 Pasir Besi mengandung Emas 2-3 grm atau Lebih.
Sambil
mencari dan mengumpulkan biji-biji emas tersebut Aki Dontu membuka kebun di
arah UTARA DOUP/PANANG tepatnya
jalan Bokaka sekarang ini,sampai Beliau dapat mengumpulkan tujuh ( 7 ) Kokasi
Emas ( Mahar Perkawinan ).
Adapun
Bambu Emas tempat penyimpanan Biji-biji emas tersebut di buat sedemikian rupa
sehingga berbentuk Tabung berukir. Dan di dalam proses pengambilan biji-biji
emas cara pemisahanya ( Pasir dan biji emas tersebut ) apabilah dilihat Endapan
Pasir di Paritan sudah merata air di keringkan kemudian pasir yang sudah
menipis Rata, diangkat beserta ijuknya dan diletakan ke dalam nampan yang
terbuat dari Akar Kayu, Oleh penambang disebut DULANG, kemudian pasir itu di
Dulang sampai tersisah pasir hitam dan biji emas. Kemudian pasir hitam dan biji
emas tersebut dipindahkan pada sebuah tempat seperti baki atau Loyang dan
sejenisnya lalu di jemur sampai kering.
Setelah
kering pasir hitam di pisahkan dari biji emas dengan menggunakan besi berani (
Magnet ) atau Gunting. Sampai hanya tersisah biji emasnya. Nah.!! Biji emas inilah
yang dimasukan kedalam Bambu Kokasi tersebut, Demikianlah sekelumit cara
menambang tradisional
Setelah
Aki Dontu Damopolii sudah berhasil mengumpulkan Tujuh (7) Potong Kokasi Bambu
Berisi Biji Emas, beliau langsung menikah dengan Bai’ Lonsung Sugeha ( Putri
Raja Abraham Sugeha ), karena beliau tidak mau menjadi Pejabat Kerajaan dan
atas permintaan Sang istri supaya menjadi rakyat biasa maka Sang Raja
Menganugerahkan Tanah yang berlokasi di daerah Bokaka.
Ditempat
inilah kedua suami isteri itu beserta budak-budak pemberian Raja bermukim, yang
oleh Aki Dontu para Budak di sebut dengan UTAT/SUDARA ( Kerabat ), dari bokaka
inilah Aki Dontu mengajak Utat-utatnya yang berada di Bakan antara lain Aki
Bagoa dan Kawan-kawan, kemudian Aki Bagoa beserta beberapa orang teman datang
meneruskan Guang ( pengolahan emas
secara tradisional ) yang dibuat oleh Aki Dontu. Rutinitas itu dilakukan oleh
mereka setelah pasca Panen Jagung atau Padi di kebun berakhir. Karena GUANG
yang berada di Lokasi PATENDE ( antara
BAKAN dan TUNGOU ) dan SIRANG (
antara BATU PINUPUL dan BAKAN ) Hasilnya kurang memadai.
Pada masa
itu di pesisir Pantai KonTAMBUNAN (
sekarang KOTABUNAN ) sudah di diami
oleh orang-orang suku BUGIS,BONE dan
BUTON yang lari mengungsi dari
Perang ARUPALAKA ( Perang Saudara ), id.wikipedia.org/wiki/Arung_Palakka suku-suku tersebut antara lain :
-
LAMAJIDO’
-
LAMALUTA - LANGARU
-
LABABU - LAPAJAWA
-
LASAMBU - LAWATU
-
LASABUDA - LATOJO
Masyarakat
yang tinggal di wilayah Hutan ( BAKAN,PANCURANG
dan ONGKOBU ) Turun dan bermukim di wilayah DOUP atau PANANG dan
Menbuat perkampungan selama beberapa Dekade, itu terjadi sebelum wilayah itu (
DOUP ) di serahkan Raja ke Pihak KOLONIAL BELANDA. Karena para penduduk
penduduk pesisir pantai KonTAMBUNAN
( suku BUGIS ) sudah mengenal Peradaban dan mereka memiliki banyak barang
bawahan, antara masyarakat DOUP dan Penduduk Pesisir Pantai KonTAMBUNAN saling
tukar menukar barang ( BARTER ) karena belum mengenal system mata uang,
Kemudian terjalin hubungan baik sampai terjadi perkawinan antar suku.
Pada Tahun
1901 KonTAMBUNAN di Buka Menjadi Kampung, Yaitu orang-orang asal BAKAN (garis
keturunan Kampung Mongondow,Pobundayan dan Motoboi Kecil ), Orang-orang asal
ONGKOBU (garis keturunan Kampung Bungko’ dan Kopandakan ) Membuka Kampung
Buyat, Orang-orang asal PANCURANG ( garis keturunan Kampung Mongkonai’ )
membuka kampung tutuyan. Keabsahan cerita ini bisa dilihat dari kemiripan Entitas,Dialeg
dan Cara Hidup masing-masing kampung tsb.
Namun
KonTAMBUNAN ( Kotabunan ) tempat bertelur burung Maleo sudah lebih dulu dikuasai
oleh suku bugis dan pendatang dari buton, maka orang-orang asal DOUP/BAKAN Mendiami KonTAMBUNAN bagian
Barat, ( orang2 suku bugis sering menyebut mereka TAMBAHAN ).
SISTEM PENATAAN KOTA Kampung
KonTAMBUNAN ( KOTABUNAN ) Pertama kali di Prakarsai Oleh Major KADATO yang
bernama Y.C. Manoppo yang sekarang di sebut CAMAT ( Camat yang Pertama ).
Antara
Masyarakat KOTABUNAN,BUYAT dan TUTUYAN tidak bisa di pisahkan karena Nilai
Historis ( sejarah ) “inanakan Mo gutat bo tolu adi’ ( satu garis persaudaraan ) dari
persatuan BAKAN,PANCURANG dan ONGKOBU menjadi Kampung DOUP dan Seterusnya
Menjadi 1 Kecamatan Besar, ( Kecamatan KOTABUNAN ). Luas nya lebih dari separuh Luas Boloaang Mongondow timur sekarang.
Destinasi Pariwisata
-Pulau Nanas -Pulau Kumeke -Pulau Racun -Panang ( Pertambangan Tua ) -Kuala Bakan -Kuala Ongkobu
Pulau Nanas Kotabunan ( pineapple Island )
View Of The Mountain
Fire Fish
View of Kotabunan Harbour and Kumeke Island
Dermaga Kotabunan & Pulau Kumeke
Far
Semenanjung Kotabunan
Closer Ocean Cafe Kotabunan
Ocean Cafe Kotabunan
View From The Mountain, The Island of Kumeke
View From The Mountain, The Island of Kumeke
View From The Mountain, Kotabunan
The Beach
Pulau Racun ( X Island )
Closer Nanas Island ( Pulau Nanas )
Big Ship Company
Artikel Terkait :
Sejarah Boltim, Masa Lalu dan Sekarang. http://t.co/iAMPUTWXtJ
Sejarah Boltim, Masa Lalu dan Sekarang. http://t.co/iAMPUTWXtJ
Info Lebih Lengkap, Kunjungi :
bayudamopolii@hotmail.com
bayudamopolii@gmail.com
bayudamopolii.blogspot.com
kotabunan.blogspot.com
mykotabunan.blogspot.com
bolaangmongondowtimur.blogspot.com